MEDAN| okemedan
Penjahat siber kini makin lihai memanfaatkan fitur share screen WhatsApp untuk mencuri data pribadi dan menguras rekening korban. Modus ini berbahaya karena memungkinkan mereka memantau aktivitas ponsel secara real-time.
Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) mengeluarkan peringatan serius bagi para pengguna WhatsApp terkait tren penipuan yang memanfaatkan fitur berbagi layar atau share screen. Modus ini ditemukan marak di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India, hingga Indonesia.
Fitur share screen WhatsApp memungkinkan pengguna menampilkan layar ponsel kepada lawan bicara, baik aplikasi tertentu maupun keseluruhan aktivitas perangkat.
Namun, justru di situlah bahayanya. Begitu diaktifkan, data sensitif seperti kata sandi, kode OTP, detail pembayaran, hingga pesan pribadi bisa dilihat jelas oleh pihak lain.
Menurut FBI, para penipu mengeksploitasi celah ini dengan teknik rekayasa sosial (social engineering). Mereka menjalankan skema bernama phantom hacker scam, di mana korban akan dihubungi melalui telepon atau pesan yang mengatasnamakan lembaga resmi seperti bank.
Dengan dalih akun sedang diretas, korban diarahkan untuk memindahkan dana ke rekening “aman” yang sebenarnya milik pelaku. Untuk memberikan instruksi lebih lanjut, korban diminta mengaktifkan fitur share screen WhatsApp.
Begitu layar terbuka, penipu bisa memantau setiap aktivitas korban secara real-time, termasuk saat mengakses aplikasi perbankan.
“Cukup satu klik salah, dan mereka bisa melihat segalanya di layar smartphone Anda,” tulis FBI dalam peringatannya, dikutip dari Forbes, Selasa (30/9).
Akibatnya, penipu dapat mengambil alih akun, menguras saldo rekening, hingga menyalahgunakan data pribadi korban.
Di Indonesia, modus ini pernah menimpa Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin. Ia bercerita mendapat panggilan WhatsApp dari seseorang yang mengaku sebagai petugas kecamatan dan meminta aktivasi KTP Digital.
Arifin menjelaskan, orang tersebut berusaha mengarahkan dirinya untuk membuka fitur share screen. Untungnya, ia langsung curiga dan tidak menuruti instruksi itu.
“Jangan pernah memberikan informasi pribadi maupun akses WhatsApp ke orang yang tidak dikenal. Pastikan setiap informasi resmi hanya melalui kanal pemerintah yang sah,” kata Arifin melalui akun Instagram pribadinya pada pertengahan September lalu.
Berikut langkah pencegahannya
Untuk melindungi diri dari ancaman ini, pengguna disarankan melakukan beberapa langkah pencegahan berikut:
Verifikasi identitas penelepon: Pastikan benar-benar berasal dari lembaga resmi.
Gunakan share screen hanya dengan orang terpercaya: Jangan pernah menggunakannya dengan orang asing.
Aktifkan otentikasi dua faktor (2FA): Baik di WhatsApp maupun aplikasi perbankan.
Nonaktifkan instalasi aplikasi dari sumber tidak dikenal di ponsel Android.
Perbarui WhatsApp dan sistem operasi secara berkala untuk menutup celah keamanan.
Edukasi keluarga, terutama orang tua, yang rentan jadi target penipu.
Segera hubungi bank jika sudah terlanjur menjadi korban agar rekening bisa segera diblokir.
Blokir nomor mencurigakan dan laporkan ke pihak berwenang, seperti situs polisi siber.
Hindari melakukan ini
Selain langkah pencegahan, ada pula beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan:
Jangan menjawab telepon dari nomor asing atau mencurigakan, terutama yang terkesan mendesak.
Jangan pernah melakukan share screen saat membuka aplikasi finansial, seperti mobile banking, dompet digital, atau pinjaman online.
Jangan membagikan layar ponsel ke orang asing, meski mereka mengaku dari bank atau instansi resmi.
Jangan terburu-buru mengikuti instruksi penelepon tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.
OM – cna








