Sleep Tourism Kini Jadi Tren Industri Pariwisata Dunia

MEDAN | okemedan

Sleep tourism kini disebut sebagai salah satu tren terbesar dalam industri pariwisata di tahun 2025. Di tengah gaya hidup modern yang penuh tekanan dan rutinitas padat, tidur berkualitas kini menjadi kemewahan baru yang dicari banyak orang.

Munculnya fenomena sleep tourism, atau wisata tidur,tak lepas dari kebutuhan mendesak masyarakat modern yang makin sulit mendapatkan tidur nyenyak akibat beban pekerjaan, paparan layar digital tanpa henti, hingga stres yang menguras energi.

Sebuah data yang dikeluarkan Global Wellness Institute mengungkapkan bahwa tren wisata tidur sebenarnya sudah mulai tumbuh sejak pandemi Covid-19, dimana banyak orang memilih mengutamakan perawatan diri dan kesehatan mental daripada sekadar jalan-jalan.

Alih-alih berburu kuliner atau mengeksplor tempat wisata, sleep tourism justru menawarkan pengalaman tidur berkualitas sebagai tujuan utama liburan.

Survei global terbaru menunjukkan hanya 20% masyarakat Jepang yang tidur nyenyak lebih dari dua malam dalam seminggu, sementara di India, angka itu hanya 27%.

Sleep tourism bukan sekadar tren sementara. Data Global Wellness Institute mencatat nilai industri wellness tourism, termasuk sleep tourism, mencapai lebih dari US$919 miliar pada 2023, dengan proyeksi pertumbuhan hampir 10% per tahun.

Sementara Real Simple memprediksi, tren ini akan berdampak besar pada industri perhotelan di tahun 2025, dengan banyak hotel berlomba-lomba menawarkan paket liburan khusus untuk mendukung tidur berkualitas.

Berbagai hotel dan resort di seluruh dunia kini berlomba-lomba menyediakan fasilitas canggih demi mendukung pengalaman tidur para tamu.

Dari kasur premium, bantal ergonomis, pengaturan suhu dan pencahayaan khusus, hingga teknologi seperti smart bed berbasis AI, terapi suara alam, aromaterapi, hingga konsultasi dengan pakar tidur. Bahkan, beberapa hotel menyediakan layanan sleep concierge yang membantu tamu mengatur pola tidur selama menginap.

Seperti yang dilaporkan ABC, harga paket wisata tidur ini bervariasi, mulai dari US$300 (sekitar Rp4,7 juta) hingga US$2.500 (sekitar Rp39 juta).

Hotel-hotel ternama seperti Hastens Sleep Spa Hotel di Portugal hingga Four Seasons Resort Maui di Wailea menjadi pionir dalam menawarkan pengalaman tidur mewah.

Tak hanya itu, sleep tourism juga sering dikombinasikan dengan aktivitas lain seperti yoga, meditasi, terapi pernapasan, hingga sleep coaching untuk membantu tamu membentuk pola tidur yang sehat.

Fasilitas tambahan seperti spa, aroma terapi, hingga pemandangan alam yang menenangkan juga menjadi daya tarik utama.

Tren sleep tourism juga mulai berkembang di Indonesia. Beberapa destinasi yang populer antara lain Ubud di Bali, yang menawarkan atmosfer alam tenang dengan resort-resort yang menyediakan layanan spa, yoga, hingga kamar tidur yang dirancang khusus untuk relaksasi maksimal.

Uluwatu juga diminati karena pemandangan lautnya yang menenangkan, sementara Labuan Bajo terkenal dengan suasana privat di tepi pantai yang cocok untuk pelarian dari hiruk-pikuk kota.

Selain Bali, Lombok dan Sumba juga menjadi pilihan favorit berkat kombinasi keindahan alam, fasilitas mewah, dan ketenangan yang mendukung pengalaman tidur optimal.

Tak ketinggalan, Yogyakarta dengan suasana pedesaannya yang asri juga mulai dilirik sebagai destinasi sleep tourism yang menjanjikan.

Sleep tourism bukan hanya soal tidur lebih lama, tapi juga tidur dengan kualitas lebih baik. Studi meta-analisis menunjukkan, kualitas tidur yang baik mampu menurunkan tingkat depresi, kecemasan, dan stres.

Seperti dikutip dari Real Simple, tidur berkualitas selama wisata tidur juga membantu memperbaiki pola tidur, meningkatkan energi, dan memperlambat proses penuaan.

“Liburan dengan fokus pada tidur membantu tubuh dan pikiran benar-benar pulih,” tulis Real Simple.

Menurut survei Hilton, dua pertiga warga Amerika bahkan mengaku tidur lebih nyenyak di hotel dibandingkan di rumah sendiri. Hampir setengah wisatawan juga kini memilih liburan dengan tujuan utama untuk beristirahat dan memulihkan diri.

Di tengah dunia yang makin bising, sleep tourism hadir sebagai solusi bagi mereka yang ingin benar-benar pulih secara fisik dan mental.

OM – nta, cna