152 Orang Etnis Rohingya Terdampar di Pantai Labu Deli Serdang

Deliserdang1053 Dilihat

DELISERDANG | okemedan.

Sebanyak 152 orang etnis Rohingya asal Myanmar tiba di Pantai Dewi Indah, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Kamis (24/10).

Sekretaris Camat Pantai Labu, Azizur Rahman, mengatakan 152 orang etnis Rohingya itu terdampar di perairan Kecamatan Pantai Labu sekitar pukul 04.00 WIB. Mereka terdiri dari 62 perempuan, 70 laki-laki, dan 20 anak-anak.

“Mereka sudah berkeliaran di situ (pesisir pantai), daripada berkeliaran jadi dikumpulkan. Makanya kami bawa ke Kantor Camat Pantai Labu,” kata Azizur, Kamis (24/10).

Setibanya di Kantor Camat Pantai Labu, kelompok etnis Rohingya itu langsung ditempatkan sementara di salah satu gedung yang ada di Kantor Camat Pantai Labu. Namun, sayangnya kehadiran orang-orang Rohingya itu mendapat penolakan dari masyarakat setempat.

“Masyarakat memang keberatan terkait dengan pengungsi ini. Kami masih dalam tahap berkoordinasi untuk penanganan selanjutnya,” ucap Azizur.

Salah seorang warga Pantai Labu, M Iskandar, mengatakan penolakan itu dilakukan lantaran mereka khawatir orang-orang etnis Rohingya itu menimbulkan masalah. “Kalau kami memang wajib menolak karena kalau diberi tempat takut seperti di Aceh, mereka semena-mena. Jadi di sini juga tidak mungkin kami kasih (izin). Lebih baik kalau bisa dipulangkan,” ujarnya.

Penolakan yang dilakukan oleh sekitar seratus warga Pantai Labu bahkan terus berlanjut. Mereka mendesak agar semua orang Rohingya itu segera dipindahkan dari kawasan Pantai Labu. “Kami meminta pemerintah secepatnya dipulangkan daripada nanti masyarakat lebih takutnya (emosi) berlanjut anarkis, jadi itu juga harus dihindari,” kata Iskandar.

Emosi masyarakat pun tak terbendung, mereka mencoba menerobos barisan petugas keamanan yang terdiri dari TNI-Polri. Mereka mencoba memaksa masuk ke dalam Aula Kantor Camat Pantai Labu yang menjadi lokasi penempatan sementara orang-orang Rohingya itu.

Salah seorang etnis Rohingya bernama Mohammed Sufaid mengaku sedih atas penolakan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. “Kami tidak tahu harus mau ke mana lagi karena jika ke sana (kembali ke Myanmar) di sana juga tidak aman,” ucapnya dengan singkat.

Sementara itu Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) belum ada memberikan keterangan apa pun terkait dengan kedatangan kelompok etnis Rohingya dan penolakan masyarakat di Pantai Labu tersebut.

Diketahui 152 orang etnis Rohingya itu menumpangi satu unit kapal dengan perjalanan yang dimulai dari Kamp Pengungsian Cox’s Bazar. Mereka mengarungi Laut Andaman dan terus berlayar hingga Selat Malaka sebelum mendarat di pesisir Pantai Labu.

Kedatangan orang-orang Rohinya di Deli Serdang terjadi setelah sebuah perahu lain yang juga membawa sekitar 150 orang Rohingya terdampar di provinsi Aceh, selama seminggu setelah penduduk setempat menolak untuk membiarkannya mendarat.

Perahu tersebut, yang tiba di perairan Indonesia pada 17 Oktober, akhirnya diizinkan mendarat pada hari Kamis, kata ketua komunitas nelayan di Aceh Selatan Muhammad Jabal, setelah ada permohonan dari badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) kepada pemerintah Indonesia.

Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) meminta pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan sebuah kapal yang tengah terombang-ambing di lepas pantai barat Aceh, di mana kapal tersebut berisikan lebih dari 100 pengungsi Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak.

Etnis Rohingya yang sebagian besar beragama Islam, mengalami persekusi di Myanmar, dan ribuan orang mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun berlayar melintasi lautan yang luas dan berbahaya untuk mencapai Malaysia atau Indonesia.

Perahu tersebut telah berlabuh sekitar empat mil atau sekitar 6,4 kilometer dari lepas pantai Aceh, tetapi pada Senin (21/10), sebuah kapal bantuan menariknya ke jarak 1 mil.

“UNHCR mendesak otoritas untuk memastikan penyelamatan di laut dan pendaratan yang aman bagi kelompok yang putus asa ini,” kata Faisal Rahman, mitra perlindungan UNHCR di Indonesia.

“UNHCR dan para mitra siap untuk mendukung dan memberi bantuan yang sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang rentan ini,” kata Rahman dalam sebuah pernyataan pada Senin malam.

Rahman menambahkan bahwa sebelumnya pada Kamis (17/10), lima orang Rohingya dievakuasi untuk mendapat perawatan medis di rumah sakit setempat. Menurut pejabat setempat, satu orang meninggal saat berada di atas kapal.

Yuhelmi, juru bicara wilayah kecamatan Aceh Selatan, mengatakan kepada kantor berita AFP pekan lalu bahwa penduduk setempat sedang menunggu kedatangan petugas imigrasi sebelum mengambil keputusan mengenai langkah selanjutnya.

Rahman mengatakan negosiasi antara PBB dan pemerintah sedang berlangsung.

Indonesia bukan penandatangan konvensi pengungsi PBB sehingga Indonesia tidak bisa dipaksa untuk menerima pengungsi dari Myanmar, dan meminta negara-negara tetangga untuk berbagi beban dan memukimkan kembali orang-orang Rohingya yang tiba di pantai-pantainya.

Banyak warga Aceh, yang memliki kenangan akan konflik berdarah selama puluhan tahun, bersimpati dengan penderitaan sesama Muslim.

Namun, sebagian lainnya mengatakan kesabaran mereka telah diuji, dengan mengatakan bahwa orang Rohingya menghabiskan sumber daya yang terbatas, dan terkadang berkonflik dengan penduduk setempat.

Pada bulan Desember 2023, ratusan mahasiswa memaksa relokasi lebih dari 100 pengungsi Rohingya, menyerbu gedung serbaguna di Aceh tempat mereka berlindung, dan menendang barang-barang mereka. [th/lt]

VOA