JAKARTA | okemedan. Program Transit 3: PAIr Meet Up dalam Pekan Komponis Indonesia “Laboratorium Bunyi, Tubuh, dan Teknologi” menjadi destinasi berikutnya dalam perjalanan P.A.I.r.
Pertunjukan seniman kolektif ”Tololartha Tramtoxs Kareraatola L ai la uh” ini menampilkan kolaborasi eksplorasi tubuh, bunyi, dan teknologi dalam konteks urban bersama Laboratorium Seni & Teknologi IKJ serta Laboratorium Tubuh ISBI Bandung. Aktivitas kolaboratif lintas disiplin ini mengintegrasikan inovasi artistik dan teknologi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru dalam penciptaan karya seni.
Sebuah pertunjukan yang menampilkan hasil kerja studio intensif, antara Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta, Laboratorium Seni, Teknologi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Laboratorium Tubuh ISBI Bandung dari berbagai disiplin seni. Dengan dukungan dari berbagai seniman, teknologi, dan perancang, pertunjukan ini mencerminkan kekuatan kolaborasi dalam menciptakan karya seni yang tidak hanya inovatif tetapi juga sangat relevan dengan konteks urban.
Yola Yulfianti, sebagai penggagas pertunjukan Laboratorium Bunyi, Tubuh dan Teknologi mengatakan bahwa kolaborasi ini didasarkan pada kepercayaan atau belief di masyarakat yang masih melekat soal hal-hal berbau horor, gaib dan mitos. Tradisi lisan yang disalahgunakan untuk menakut-nakuti.
Pertunjukan ini merupakan refleksi kritis terhadap kondisi masyarakat saat ini, dimana kepercayaan terhadap mitos, ilmu gaib, dan informasi yang belum terbukti kebenarannya masih bertahan, bahkan berkembang di tengah kemajuan teknologi dan digitalisasi. Di era yang diwarnai dengan rasionalitas dan sains, masyarakat masih sering terjebak dalam kabut misteri, takhayul, dan narasi yang dipertanyakan kebenarannya.
Menyandingkan Antara dunia modern yang serba digital dengan dunia mistis yang dibentuk oleh mitos-mitos kuno, pertunjukan ini mengajak audiens untuk merenungkan bagaimana mitos dan ilmu gaib terus mempengaruhi keputusan, perilaku, dan persepsi masyarakat.
Seniman visual, Deden Jalaludin Bulqini, mengatakan pertunjukan ini berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat tentang hantu dan dukun yang kemudian menjadi target utama dalam bermain media. Sebenarnya adalah sebuah cerita sederhana yang kemudian di kamuflase-kamuflase kan menjadi sebuah proyeksi visual.
Selama pertunjukan narasi dan dialog yang dihadirkan berasal dari kisah-kisah nyata tentang hoax yang tersebar di media sosial dan memengaruhi banyak orang. Dialog-dialog antara para karakter akan menggali perdebatan antara kepercayaan yang tidak rasional dengan kebutuhan akan bukti konkret dan ilmu pengetahuan. Visual dan multimedia digunakan secara dinamis untuk menampilkan ikon-ikon mitos dan ilmu gaib, seolah-olah kedua dunia ini saling bercampur dalam realitas.
Pertunjukan ini akan memadukan instrumen tubuh dengan suara elektronik yang terdistorsi. Di satu sisi, ada suara instrumen mistis lainnya yang membangkitkan suasana gaib. Di sisi lain, suara digital yang cepat, ritmik, dan kadang menimbulkan ketidaknyamanan mewakili dunia modern yang penuh informasi.
Pertunjukan ini merupakan kolaborasi seniman kolektif, Tony Broer, Yola Yulfianti, Deden Jalaludin Bulqini, Moh. Wail Irsyad, Almanzo Konoralma, Dita Rachma dan Arham Riyadi. Acara diselenggarakan di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki Jumat 13 September 2024 pukul 19.00-21.00 WIB.
Profil Seniman Kolektif :
1. Tony Supartono (Tony Broer) : Seniman tubuh dan seorang inisiator Laboratorium Tubuh, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Broer menyelesaikan studi doktoralnya dengan karya berjudul “TubuhKata Tubuh” hingga mengantarnya terus memainkan lebih dari 30 naskah yang mencerminkan keahlian dan pengalamannya di kancah nasional dan internasional. Selain mengembangkan keaktoran dan penyutradaraan, Broer juga mempelajari proses pembuatan artistik dan produksi teater secara menyeluruh.
2. Yola Yulfianti : Seniman interdisipliner, dosen Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta dan juga salah satu penggagas Laboratorium Seni dan Teknologi Urban Creative Hub IKJ. Yola menyelesaikan studi doktoralnya pada 2017 dengan riset artistik yang tidak berfokus pada produk dan terminologi seni mainstream, bukan dalam artian produk karya tari, tetapi lebih kepada pengalaman berada di tengah realitas kehidupan urban.
3. Deden Jalaludin Bulqini : Seniman Visual dengan pengalaman kreatif pada berbagai medium yang lulus dari Akademi Seni Rupa Indonesia di Bandung. Di dunia teater, Deden telah menciptakan desain set, pencahayaan dalam arah seni yang juga digunakan untuk penciptaan video musik dan video teater/performa. Deden Bulqini memiliki perhatian pada lukisan yang menggambarkan emosi dan ide-ide mendalam, patung yang menggambarkan kehidupan dan pengalaman manusia, serta seni instalasi yang mengajak pemirsa untuk berinteraksi secara aktif dengan ruang
4. Moh Wail Irsyad : Seniman tubuh dan seorang inisiator Laboratorium Tubuh, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Sepanjang kariernya, Wail Irsyad telah berkontribusi dalam berbagai produksi teater, baik sebagai aktor maupun sutradara. Karya-karyanya yang lain, seperti “Kelahiran Kembali,” yang memenangkan penghargaan di Festival Teater antar Rumah Sakit Jiwa tingkat Nasional di Malang, Jawa Timur. Pada tahun 2013, Wail menunjukkan komitmennya untuk mengeksplorasi seni teater dalam berbagai konteks sosial dan komunitas.
5. Almanzo Konoralma : Seniman teater yang menyelesaikan studinya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan konsisten mengembangkan bakat dan keahliannya 6. dalam dunia seni peran. Saat ini, Manzo banyak terlibat dalam berbagai film
nasional seperti “A Man Called Ahok”, “Keluarga Cemara”, serta serial populer “Yang Hilang Dalam Cinta”, sehingga menjadikan dirinya sebagai salah satu figur penting di balik layar dalam banyak produksi sukses di Indonesia.
7. Dita Rachma : Visual designer yang menyelesaikan studi masternya pada tahun 2019 di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta. Saat ini bergabung sebagai Dosen Desain Komunikasi Visual IKJ dengan menguasai bidang desain grafis, media digital interaktif, animasi, dan lain-lain. Saat ini, Dita juga aktif berkolaborasi dengan Laboratorium Seni dan Teknologi Urban Creative Hub IKJ, sebelum itu juga berkolaborasi dengan FBudi (Fashion Designer di Jakarta), dan seniman interdisiplin lainnya.
8. Arham Aryadi : Komponis, pendiri dan direktur musik Indonesian Contemporary Gamelan Ensemble (ICGE). Arham menyelesaikan gelar master dari Sekolah Pascasarjana, Institut Kesenian Jakarta. Saat ini menjabat sebagai Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) periode 2023-2026. Karyanya banyak memadukan musik tradisional Indonesia dengan klasik Barat dan elemen elektronik, selain itu juga menciptakan komposisi-komposisi yang mendapat pengakuan internasional dan dipentaskan oleh ansambel ternama seperti Ensemble Modern (Jerman), Hong Kong New Music Ensemble (Hong Kong), dan banyak lagi.
OM – ril, diur