Rakyat Israel Demo PM Netanyahu Pasca Jasad 6 Sandera Ditemukan di Terowongan Gaza

OkeGlobal227 Dilihat

TEL AVIV | okemedan. Unjuk rasa menentang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu digelar di Yerusalem menyusul penemuan enam sandera yang tewas sebelum upaya penyelamatan digelar di Gaza.

Israel pada hari Minggu (1/9) mengatakan telah menemukan jasad enam orang sandera di Gaza, termasuk seorang pemuda Amerika keturunan Israel, yang menjadi salah satu sandera paling dikenal, karena orang tuanya telah bertemu dengan sejumlah pemimpin dunia dan mendesak pembebasannya, termasuk saat berbicara di Konvensi Nasional Partai Demokrat di Chicago bulan lalu.

Militer Israel mengatakan, keenam sandera tewas sesaat sebelum upaya penyelamatan oleh pasukan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam “pembunuhan mengerikan dan berdarah dingin” oleh Hamas terhadap keenam sandera. Ia juga menuduh kelompok itu menggagalkan upaya gencatan senjata yang sedang berlangsung.

“Pada saat yang sama, kelompok itu membunuh enam sandera kami. Siapa pun yang membunuh sandera tidak menginginkan kesepakatan,” ujar Netanyahu.

Penemuan keenam jasad itu memicu seruan unjuk rasa menentang Netanyahu, yang disalahkan oleh banyak keluarga sandera dan sebagian besar masyarakat Israel karena gagal memulangkan mereka hidup-hidup melalui kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang selama 10 bulan terakhir.

Ribuan di antaranya berdemo di luar kantor Netanyahu di Yerusalem hari Minggu.

Sebuah forum keluarga para sandera menuntut “penghentian (operasional) negara sepenuhnya” untuk mendorong penerapan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Serikat pekerja terbesar di Israel, The Histadrut, yang mewakili sekitar 800.000 pekerja di bidang layanan kesehatan, transportasi dan perbankan, juga menyerukan mogok kerja mulai hari Senin. Tujuannya, untuk meningkatkan tekanan kepada pemerintah demi tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Amos, salah seorang pengunjuk rasa di Yerusalem, mengatakan, “Setiap warga negara di seluruh dunia – seperti saya, warga negara biasa – turun ke jalan dan berteriak, ‘Kita bisa menyelamatkan orang-orang, kita bisa menyelamatkan nyawa manusia lain, dari semua sisi, kita bisa menyelamatkan mereka.’”

Negosiasi kesepakatan itu telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Pada Sabtu (31/8), Presiden AS Joe Biden memberi isyarat kemungkinan tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Biden menyatakan bahwa “kita hampir mencapai kesepakatan” kepada wartawan di Pantai Rehoboth, Delaware.

“Masih optimistis, karena para pemimpin kedua pihak telah memimpin… bertemu di Mesir. Perwakilan kami terus bertemu dan kami rasa kami telah mencapai kesepakatan. Mereka semua mengatakan bahwa mereka setuju dengan prinsip-prinsip yang ada. Jadi, doakan saja,” kata Biden.

Militan Hamas menculik Hersh Goldberg-Polin, 23 tahun, dan empat dari lima sandera lainnya di sebuah festival musik di Israel Selatan, dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, yang memicu kembali perang di Gaza.

Warga asli Berkeley, California itu kehilangan lengan kirinya akibat ledakan granat pada serangan tersebut.

Pihak militer menyatakan bahwa jasad keenamnya ditemukan di sebuah terowongan di Kota Rafah, Gaza selatan, sekitar satu kilometer dari lokasi sandera lain, Qaid Farhan Alkadi (52 tahun), yang diselamatkan pekan lalu.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Minggu (1/9) bertekad akan “menyelesaikan masalah” dengan Hamas menyusul ditemukannya jenazah enam sandera di terowongan Gaza oleh pihak militer.

“Mereka yang membunuh sandera tidak menginginkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza,” tegas Netanyahu. Ia juga memperingatkan para pemimpin Hamas, “Kami akan memburu kalian, menangkap kalian, dan menyelesaikan urusan ini.”

Seorang juru bicara militer, Laksamana Muda Daniel Hagari, kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers mengatakan, “Menurut perkiraan awal kami, mereka dibunuh secara brutal oleh para teroris Hamas beberapa saat sebelum kami mencapai mereka.” Mereka ditemukan di sebuah terowongan di kota Rafah di bagian selatan.

Netanyahu juga menuduh Hamas melakukan serangan penembakan pada hari Minggu yang menewaskan tiga polisi di dekat kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel. Hamas tidak mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun menyebutnya sebagai “operasi heroik dari pihak perlawanan.”

Netanyahu mengatakan, “Kami bertempur di semua lini melawan musuh yang kejam yang ingin membunuh kita semua. Fakta bahwa Hamas terus melakukan kekejaman seperti yang dilakukannya pada tanggal 7 Oktober mewajibkan kami untuk melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan bahwa Hamas tidak dapat melakukannya lagi.”

Netanyahu menyebut bahwa Israel “sedang berperang di berbagai front dalam upaya melawan musuh kejam yang ingin menghancurkan kita.” Dia juga menyinggung serangan penembakan di dekat Hebron di Tepi Barat yang diduduki, yang menewaskan tiga aparat kepolisian.

Militer Israel mengatakan bahwa para penyerang Tepi Barat menembaki sebuah kendaraan di pos pemeriksaan dekat Hebron. “Pasukan keamanan telah mulai mencari para teroris,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Hamas belum mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun dalam sebuah pernyataan, kelompok itu menyebut peristiwa tersebut sebagai “aksi heroik perlawanan.”

Seorang pejabat senior Hamas menyebutkan bahwa beberapa dari enam sandera yang ditemukan tewas telah “disetujui” untuk dibebaskan jika gencatan senjata disepakati. Namun, kesepakatan tersebut belum terwujud hingga sekarang, meskipun mediasi terus dilakukan dalam beberapa bulan terakhir.

“Beberapa nama tawanan yang diumumkan dan ditemukan tewas oleh pihak (Israel) adalah bagian dari daftar sandera yang akan dibebaskan, sesuai dengan usulan pertukaran tahanan Palestina yang ditahan di Israel, yang telah disetujui Hamas,” kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya kepada AFP.

Media Israel melaporkan bahwa Hamas sepakat untuk membebaskan sandera berkewarganegaraan Amerika-Israel, Hersh Goldberg-Polin, bersama dua orang lainnya, Carmel Gat dan Eden Yerushalmi, jika gencatan senjata tercapai. Jasad mereka ditemukan di Gaza.

Pejabat Hamas mengatakan keenam tawanan itu “tewas akibat tembakan dan aksi pengeboman pendudukan.” Namun pihak militer Israel membantah tudingan itu.

Juru bicara militer, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, dalam sebuah briefing daring dengan wartawan, menyatakan bahwa “menurut penilaian awal kami, mereka dibunuh secara brutal oleh teroris Hamas.”

Klaim Hamas bahwa para sandera dibunuh oleh pasukan Israel adalah “perang psikologis”, imbuhnya.

Menurut Shoshani, jasad-jasad tersebut ditemukan di sebuah terowongan di selatan Kota Rafah, sekitar satu kilometer dari lokasi di mana pasukan Israel sebelumnya berhasil menyelamatkan sandera, Kaid Farhan Alkadi, pada Selasa.

Menurut pejabat kesehatan Gaza, Serangan balasan Israel telah menewaskan hampir 41.000 warga Palestina di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, sementara militer Israel mengatakan bahwa jumlah korban tewas termasuk beberapa ribu petempur Hamas.

Israel mengatakan bahwa mereka yakin 101 sandera Israel dan asing masih berada di Gaza, namun sekitar sepertiga dari mereka diyakini telah tewas, sementara nasib sandera lainnya belum diketahui.

Para pejabat senior Hamas mengatakan bahwa Israel, harus disalahkan atas kematian terbaru ini karena menolak untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata.

“Netanyahu bertanggung jawab atas pembunuhan para tahanan Israel,” kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters. “Orang-orang Israel harus memilih antara Netanyahu dan kesepakatan itu.”

Hamas telah menawarkan untuk membebaskan para sandera dengan imbalan berakhirnya perang, penarikan pasukan Israel dan pembebasan puluhan tahanan Palestina, termasuk para militan terkenal, yang dipenjara oleh Israel.

Forum Keluarga Sandera meminta Netanyahu untuk bertanggung jawab dan menjelaskan apa yang menghambat tercapainya kesepakatan.

“Mereka semua dibunuh dalam beberapa hari terakhir, setelah bertahan selama hampir 11 bulan mengalami pelecehan, penyiksaan, dan kelaparan di tawanan Hamas. Penundaan penandatanganan kesepakatan telah menyebabkan kematian mereka dan banyak sandera lainnya,” kata pernyataan itu.

Keluarga-keluarga para sandera menyerukan pemogokan umum di seluruh Israel untuk mencoba meningkatkan tekanan terhadap Netanyahu untuk mencapai gencatan senjata.

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid juga menyerukan “pemogokan umum.”“Mereka masih hidup, tapi Netanyahu dan kabinet kematiannya memutuskan untuk tidak menyelamatkan mereka,” tulisnya di halaman Facebook-nya. “Masih ada sandera yang hidup. Kita masih bisa membuat kesepakatan.”

Menteri Pertahanan Yoav Gallant meminta pemerintah untuk membatalkan keputusan yang dibuat pada hari Kamis lalu guna mempertahankan pasukan Israel di Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan dengan Mesir, yang merupakan titik perdebatan utama dalam negosiasi gencatan senjata Gaza.

“Kabinet harus segera berkumpul dan membatalkan keputusan yang dibuat pada hari Kamis,” kata Gallant dalam sebuah pernyataan.“ Kita harus membawa kembali para sandera yang masih ditahan oleh Hamas.” Gallant dan Netanyahu terlibat adu mulut mengenai masalah koridor, namun pejabat keamanan lainnya memihak Netanyahu. [rd/ab)

VOA