OkeGlobal

Setelah AS, Protes Pro-Palestina Meluas ke Kampus-Kampus di Australia

SIDNEY | okemedan. Ratusan pendukung Israel dan Gaza saling berhadapan di sebuah universitas di Sydney, Jumat (3/5), menggaungkan protes-protes di berbagai perguruan tinggi di AS, serta kekacauan di Timur Tengah ke kampus dan benua di belahan dunia lainnya.

Para demonstran dari dua kelompok berbeda itu saling berhadapan sambil meneriakkan slogan-slogan dan mengibarkan bendera. Adu mulut berlangsung sengit, tetapi protes tandingannya berlangsung secara damai. Ini merupakan pertanda lain bahwa perang di Gaza, yang memasuki bulan ketujuh, serta perang budaya AS yang telah berlangsung lama kini ikut mengguncang politik di seberang samudra.

Demonstran pro-Palestina telah berkemah selama 10 hari di lapangan rumput hijau di depan gedung berarsitektur Gotik di University of Sydney yang luas.

Puluhan tenda yang dihiasi spanduk dan bendera Palestina telah menjadi titik fokus bagi ratusan pengunjuk rasa, para mahasiswa dan lain-lainnya yang menentang invasi darat dan pengeboman oleh Israel.

Deaglan Godwin, 24, mahasiswa jurusan seni dan sains yang juga salah seorang penyelenggara kamp itu mengatakan, protes-protes di AS telah menjadi inspirasi sekaligus peringatan.

Aksi protes mahasiswa di Universitas Sydney, Australia, Jumat, 3 Mei 2024. (AP/Rick Rycroft)
Aksi protes mahasiswa di Universitas Sydney, Australia, Jumat, 3 Mei 2024. (AP/Rick Rycroft)

Columbia University di New York, lokasi penindakan keras dan penangkapan massal oleh polisi, menginspirasi “kami untuk mendirikan kamp kami sendiri,” kata Godwin.

Ia mengatakan protes di Columbia “kini juga merupakan peringatan bahwa pemerintah bersedia menggunakan kekuatan brutal dan mematikan untuk menumpas para pengunjuk rasa pro-Palestina.”

Serupa dengan rekan-rekan mereka di AS, para demonstran ingin agar Sydney University memutuskan hubungan dengan berbagai institusi Israel dan menolak dana dari produsen senjata.

Administrator Sydney University tidak ingin meniru pengalaman Amerika.
Wakil Rektor Mark Scott telah menulis pesan kepada mahasiswa dan staf yang menyatakan “komitmen bagi kebebasan berekspresi” dan tidak memanggil polisi untuk membongkar kamp.

Polisi Australia tidak terlihat selama protes hari Jumat, yang menghadapkan sekitar 100 pengunjuk rasa pro-Israel dengan 400 demonstran pro-Palestina. Mobil-mobil petugas ketertiban umum dan pasukan antihuru-hara diparkir cukup jauh, di pinggiran kampus. Keamanan diserahkan kepada para penjaga universitas yang saling bersenda gurau sambil membentuk penghalang yang sangat terbuka antara kedua kubu.

Beberapa mahasiswa China yang penasaran berhenti untuk melihat-lihat suasana demonstrasi itu, sementara media mengamai lokasi dan seorang vlogger berhaluan kanan mencari tanda-tanda konfrontasi atau kekerasan. Tetapi seperti di AS, tuduhan mengenai ekstremisme juga ditujukan terhadap para demonstran pro-Palestina di sana.

Berbagai kelompok Yahudi telah menyatakan kekhawatiran bahwa slogan-slogan mengenai “entitas Zionis” dan “dari sungai hingga ke laut” merupakan bukti meningkatnya anti-Yahudi.

Berlatar belakang hal itu, lebih dari seratus Yahudi dan pengunjuk rasa pro-Yahudi memutuskan untuk berpawai di dekat perkemahan pro-Palestina pada hari Jumat, berharap dapat menyampaikan pesan bahwa para mahasiswa Yahudi aman di kampus, dan bahwa mereka pun memiliki hak untuk didengar. [uh/em]

VOA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Verified by ExactMetrics