Praktisi Event Ferry Budiman Sumbayak Menyayangkan Kini Banyak yang Mendadak EO

OkeBiz, OkeLeisure234 Dilihat

MEDAN| okemedan. Dibandingkan dengan era 90-an, penyelenggaraan acara (event) di Kota Medan kini jauh lebih semarak. Jika dulu event didominasi industri rokok sebagai sponsor maupun pemilik acara, kini sudah berkembang ke instansi pemerintah, BUMN, perusahaan swasta non-rokok dan lain-lain sebagai kebutuhan branding atau pencitraan.

Hampir setiap pekan ada saja event diselenggarakan di Kota Medan.

Pendukung event pun sekarang terbilang lengkap. Vendor dan talent sudah banyak, tinggal pilih mana yang terbaik. Juga venue, lighting, sound, videotron, panggung  SDM, dan lain-lain.

Namun, kondisi vendor dan talent yang sudah siap ini ternyata tidak dimbangi dengan kesiapan sementara pihak yang mengeksekusi event tersebut. Akibatnya beberapa event berakhir mengecewakan, baik bagi klien, sponsor maupun publikdan bahkan ada berujung  ke ranah hukum.

Berkembangnya kegiatan event tersebut diamini oleh praktisi event, Muhammad Ferry Budiman Sumbayak (44 tahun). Ferry mengakui jika kegiatan event kini menjadi salah satu pemasukan daerah dan semakin terukur.

“Tapi sayangnya makin kemari tidak diimbangi insan-insan yang mengeksekusi, yang mumpuni di bidang event karena perkembangan event dengan jumlah orang sangat berkurang, sangat tidak seimbang. Lebih banyak event daripada orangnya,” kata Ferry yang juga Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Penyelenggara dan Pelaksana Acara (APPARA) Indonesia yang dimintai komentarnya oleh okemedan.com, di kafe Rumakopi Jalan Turi 2 Darussalam Medan, pekan lalu.

Menurut Ferry, kondisi yang tak seimbang itu mengakibatkan banyak orang mendadak merasa bisa mengeksekusi acara, padahal tidak punya pengetahuan ataupun pengalaman.

Ia cukup prihatin karena industri event di Medan yang berkembang tapi seperti tidak ada rem, kebablasan.

“Karena event itu atau pengerjaan suatu event itu apapun itu bagi mereka sesuatu yang seperti gampang atau mudah dikerjakan. Orang yang mungkin satu kali dua datang atau dia bagian dari acara, talent atau vendor, merasa bisa mengerjakan secara keseluruhan. Di mata mereka event itu ibarat perempuan atau laki-laki gampangan, seolah mudah diterobos,” sebut pria kelahiran 1 Februari 1979 ini.

“Sekarang instansi banyak yang butuh pencitraan, termasuk BUMN. Artinya apa? Sekarang semua butuh pencitraan dan promosi, termasuk di wilayah pelat merah termasuk instansi pemerintahan, BUMN, maupun suatu daerah/area atau kota. tetapi tidak disertai percepatannya oleh orang orang EO yang profesional. Regenerasi tidak seimbang. Alhasil, banyak sekarang yang mendadak EO. Tidak melewati proses, langsung diberi kesempatan mengeksekusi acara,” ungkap pemilik EO, Anak Medan Production (AMP) ini.

Ferry Budiman SUmbayak mengibaratkan EO-EO dadakan ini seperti orang yang biasa membawa motor CC kecil tiba-tiba membawa motor gede berCC tinggi , jadi gamang. Efeknya, eventpun tidak “sempurna” atau bahkan tidak sesuai harapan.

Ferry telah 20 tahun menggeluti bisnis EO dan menjadi promotor, menggandeng Unilever, raksasa consumer goods dunia dan beberapa agency dan EO top ibukota sebagai mitra kerja, Bentoel, BAT, Wismilak Group, Sampoerna, menggelar show Agnez Monica, Cherrybelle, Firsa Bestari, konser Andmesh dan Judika, Turnamen Catur Galan,  Pasar Wiken, Rock/Metal Festival Medan Magnet, Indonesia Internet Expo & Summit (IIXS)  Pekan Raya Sumatera Utara 2016, 2017, 2019 dan lain-lain.

Ia menegaskan, tidak bisa di event belajar di tempat atau yang dikenal sebagai learning by doing. “Di Eo gak bisa. Sebelum eksekusi, EO harus menguasai segala aspek” tegas ayah satu anak ini.

Dikatakannya, jika event gagal atau berlangsung tapi hasilnya mengecewakan maka yang dirugikan orang orang yang terlibat: talent, vendor, media, dan tentu saja klien yang memberi pekerjaan karena tidak rapi dalam susunan perencanaan, manajemen pertunjukan. Kedua pengunjung yang membeli produksinya, ekspektasinya. Ketiga instansi yang memberi pekerjaan event.

“Kalau membeli minuman, kita gak suka bisa ganti merk lain atau rasa lain, tapi kalau event gak bisa diulang,” ujar Ferry mengandaikan.

Untuk itu, Ferry mengimbau agar hati-hatilah ketika menyusun rencana sebuah acara dan bagi pemberi pemberi pekerjaan event baik pemerintah maupun swasta agar selektif memilih EO.

“Harus betul-betul profiling. Buka bungkus lihat isi, lihat apa yang sudah dikerjakan, atau visinya dalam mengeksekusi sebuah event. Kalau dia tidak punya misi, konsep, malah yang dipikirkan keuntungan semata, siap siaplah. Rasulullah sudah ngomong sesuatu yang tidak dikerjakakan oleh ahlinya, siap siaplah akan kehancuran,” pesannya mengutip hadits shahih.

EO pemula harus didampingi

Beranjak pengalamannya selama 20 tahun di dunia event, Ferry menyarankan agar EO pemula harus didampingi oleh EO ataupun pekerja event yang telah berpengalaman.

“Event itu softskill. Bikin acara apalagi dari nol ada ilmunya. Kalau pemula harusnya dia tidak boleh bikin event sendiri. Saran saya dia harus cari pendamping, apakah EO atau pekerja EO yang sudah punya pengalaman sebagai tempat berkonsutasi,” sarannya.

Muhammad Ferry Budiman Sumbayak memberikan keterangan.

Ferry pun mencontohkan sukses AMP sebagai EO maupun promotor.

Tahap pertama, katanya, EO pemula sebaiknya menangani event job order dulu seperti gathering perusahaan, soft opening, dan sebagainya dimana jasa pekerjaan dibayar.

“Kitapun AMP berangkat dari sini, jadi gak beresiko,” katanya mencontohkan.

Setelah matang menghandel job order barulah meningkat menjadi EO. “AMP menghandel job order sejak tahun 2003. Kapan AMP bikin divisi Promotor? Tahun 2012 namanya Presisi Entertainment, atau 9 tahun kemudian. Setelah itu barulah meningkat menjadi promotor. Kalau promotor ibaratnya kuliah S2, sedangkan EO itu S1,” sebut Ferry yang juga sukses mengembangkan usaha kuliner “Iga Panggang Pak Edi” dan kafe “Rumakopi” di Jalan Turi, 12, Darussalam, Medan.

OM – diurnanta

 

 

Tinggalkan Balasan