MEDAN | okemedan. Kapolda Sumut, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi menegaskan, pihaknya akan menyelidiki asal muasal mayat yang ditemukan di Universitas Prima (Unpri) Medan, meski disebut Cadaver.
Kapolda juga menyatakan koordinasi dengan pihak kampus masih dilakukan.
“(Untuk asal usul), kita masih berkoordinasi terus, kita harap tidak ada menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dengan yang lain,” kata Agung di Mapolda Sumut, Kamis (14/12/2023).
Agung menyebut, penyelidikan juga dilakukan terkait dengan dokumen dan administrasi lima cadaver tersebut.
“Kita akan selidiki administrasi. Yang kami peroleh cadaver itu secara legal dan digunakan untuk kepentingan pembelajaran dan dokumen sudah kita periksa. Artinya, itu cadaver untuk kepentingan pembelajaran fakultas kedokteran,” sebutnya.
Disinggung Standart Operasional Prosedur (SOP) cadaver, Agus menyatakan sedang didalami.
“Masih kita selidiki, proses sedang berjalan,” jawabnya.
Sebelumnya, Polda Sumut memastikan, 5 mayat yang ditemukan di areal kampus Universitas Prima (Unpri) Jalan Sampul Medan, merupakan cadaver.
Sementara itu Universitas Prima Indonesia (UNPRI) menyampaikan klarifikasi soal temuan 5 mayat di kampus tersebut.
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia, Kolonel (Purn) Drg. Susanto, M.Kes dan Dosen Anatomi FK UNPRI, Dr.dr. Ali Napiah Nasution, MKT, MKM, Sp.KKLP(K) menyampaikan klarifikasi lewat kanal yuotube PRIMATV, yang diunggah, Rabu (13/12/2023).
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia, Kolonel (Purn) Drg. Susanto, M.Kes menjelaskan tentang adanya berita yang simpang siur tentang ditemukan dua mayat korban pembunuhan di lingkungan kampus UNPRI.
“Dapat saya jelaskan sebagai berikut, yang pertama dengan tegas saya katakan tidak ada kasus pembunuhan di lingkungan UNPRI seperti yang diisukan di masyarakat. Bila memang ada tindak pembunuhan di lingkungan UNPRI, maka saya salah satu pimpinan adalah orang yang pertama yang akan melaporkan tindakan pidana tersebut kepada pihak berwajib,” jelasnya.
Ditambah, UNPRI Medan memiliki Fakultas Kedokteran yang berdiri sejak tahun 2008, memiliki beberapa laboratorium untuk menunjang proses belajar mengajar. Salah satu lab adalah Lab Anatomi atau ilmu urai.
Katanya, di dalam Laboratorium Anatomi salah satu media belajar adalah kadaver yaitu tubuh manusia yang diawetkan. Laboratorium Anatomi UNPRI terdapat 5 kadaver, satu perempuan dan 4 laki-laki. Dan kadaver tersebut telah diadakan oleh Rektor terdahulu Prof. DR. Jacobus Tarigan, DAAI, AAK.
“Kami sangat yakin, di setiap fakultas kedokteran di Indonesia memiliki kadaver sebagai media pembelajaran. Dan peraturan kadaver sebagai media pembelajaran ilmu urai atau anatomi, telah diatur oleh Undang Undang,” jelasnya.
Pihaknya sangat menyesalkan tindakan oknum polisi dari Polrestabes Medan, yang kurang koordinasi, karena pimpinan fakultas tidak pernah dimintai keterangan secara resmi.
Dia menjelaskan, pada tanggal 11 Desember 2023, beberapa oknum yang mengaku polisi mendatangi UNPRI pada malam hari mendesak untuk melakukan penggeledahan di kampus UNPRI. Untuk diketahui, pada malam hari tidak ada petugas yang mendampingi, namun mereka memaksa masuk dan akhirnya Satpam mengizinkan untuk menggeledah dan tidak didapati apapun pada saat itu.
Kemudian penggeledahan pada hari berikutnya, pada pagi hingga malam hari dan dijumpai 5 kadaver di dalam bak kadaver pada lab anatomi. Kemudian kadaver tersebut dikeluarkan dari tempatnya untuk diperiksa, kemudian dikembalikan lagi ke bak kadaver.
“Yang sangat saya sesalkan, pada saat penggeledahan pada tanggal 12 Desember 2023, ada perintah untuk mengosongkan kampus. Padahal saat itu sudah diberikan izin untuk melakukan penggeledahan. Dengan perintah tersebut, pihak kampus sangat keberatan dan pada saat yang bersamaan sedang berlangsung proses pembelajaran kuliah, praktikum dan ujian. Bahkan ada ancaman untuk melakukan police line sehingga memancing keributan yang bisa mengganggu proses belajar mahasiswa dan dapat memicu keributan mahasiswa dengan polisi,” sebutnya.
“Kami meminta kepada Bapak Kapolda untuk menindak oknum yang telah bertindak semena-mena di UNPRI. Kami juga ingin menanyakan urgensi oknum-oknum tersebut menggeledah tanpa adanya surat perintah penggeledahan kepada kami,” sambungnya.
Dia menyebutkan, informasi yang telah kami terima bahwasanya telah terjadi pembunuhan di lingkungan UNPRI, bila ada kasus pembunuhan tersebut kami hendak bertanya kepada bapak polisi yang terhormat, yang pertama, kejadian pembunuhan tersebut di mana? Kedua, siapa pelapor kasus pembunuhan tersebut, yang ketiga, siapa korban pembunuhan tersebut, keempat siapa pelaku pembunuhan tersebut, dan kelima apakah ada alat bukti pembunuhan tersebut dan adakah saksi kejadian tersebut.
“Harapan kami, kepada bapak-bapak penegak hukum yang bertugas menjaga ketertiban dan melayani masyarakat untuk dapat bekerja secara profesional dan memperhatikan semua aspek dan efek dari tindakan yang dilakukan, karena kampus merupakan institusi pendidikan yang memiliki integritas,” ujarnya.
OM-dedi