PALU, SULAWESI TENGAH | okemedan. Kenaikan kasus obesitas pada kelompok umur lima hingga 19 tahun di Indonesia yang mencapai 10 kali lipat sejak tahun 1975.
Pelaksana tugas Direktur Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan, dokter Lovely Daisy mengatakan dalam empat dekade terakhir terjadi kenaikan penderita obesitas pada kelompok umur lima hingga 19 tahun di Indonesia. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan.
Pada tahun 2016 terdapat 123 juta obesitas pada anak, dibanding situasi tahun 1975 sebanyak 11 juta kasus.
“Ini kita khawatir karena kalau kita bandingkan data dalam empat dekade, pada anak itu peningkatannya jauh lebih banyak dibandingkan obesitas pada dewasa. Jadi kalau pada anak itu mencapai sepuluh kali lipat obesitasnya,” jelas Lovely Daisy dalam temu media bertema “Situasi Terkini Obesitas di Indonesia,” Selasa lalu (11/7).
Menurut Lovely Daisy, sekitar 55 persen obesitas pada usia anak akan menjadi obesitas pada saat remaja, dan sekitar 80 persen obesitas pada remaja akan bertahan hingga dewasa.
Strategi Pencegahan
Obesitas dan kelebihan berat badan harus dicegah karena akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, kanker, asma hingga masalah psikososial.
Gaya hidup tidak sehat antara lain konsumsi gula-garam-lemak berlebih, kurang makanan berserat dan kurang aktivitas fisik dapat memicu timbulnya obesitas.
Pencegahan obesitas pada anak dapat dicegah dengan pengaturan pola makan, rutin melakukan aktivitas fisik, pola asuh dan perilaku keluarga.
“Tentu harus dibatasi konsumsi minuman manis. Sekarang banyak sekali minuman manis yang gulanya tidak tanggung-tanggung. Kemudian rutin melakukan aktivitas fisik sesuai dengan usia anak,” kata Lovely.
Kontribusi Lintas Sektor
Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Militus dan Metabolik, Kementerian Kesehatan RI, Esti Widiastuti mengatakan dibutuhkan kontribusi lintas sektor dalam upaya Gerakan Lawan Obesitas (GENTAS) diantaranya dengan pencantuman nilai kalori pada kemasan makanan.
“Memang ini yang sangat kita harapkan ya, supaya makanan-makanan itu yang beredar itu, yang manis tidak terlalu manis, yang asin juga tidak terlalu asin. Termasuk berapa nilai kalorinya di samping kita berharap masyarakat juga awareness (kesadaran) untuk membaca label pangan itu juga dilakukan,” kata Esti Widiastuti.
Esti menambahkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, angka nasional prevalensi obesitas pada dewasa umur di atas 18 tahun sebesar 21.8 persen. Prevalensi obesitas terbanyak berada di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 30,2 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur sebesar 10.3 persen. [yl/em]
VOA