UINSU dan IAIN Takengon Join Riset Peradaban Islam

Okedukasi47 Dilihat

MEDAN | okemedan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon, Aceh Tengah akan melakukan join riset (kerja sama penelitian) tentang peradaban Islam di Sumatera Utara dan Aceh.

Hal itu terungkap saat kunjungan Rektor IAIN Takengon Dr Zulkarnain MAg dengan Rektor UINSU Prof Dr Syahrin Harahap MA di Biro Rektor Kampus II UIN Sumatera Utara, Jumat (13/5/2022).

Hadir Wakil Rektor Il UINSU Dr Hasnah Nasution, MA, Wakil Rektor III Dr Nispul Khoiri, MAg, Ketua Senat Prof Dr Saiful Akhyar Lubis MA serta para dekan dari UINSU dan IAIN Takengon.

Prof Syahrin mengatakan, Presiden RI Joko Widodo juga telah mencanangkan bahwa Barus merupakan titik nol peradaban yang dibangun Umat Islam.

“Tetapi respon dari ilmuan dan cendikiawan sangat kurang, padahal ini sangat baik untuk dilakukan penelitian,” katanya seraya mengatakan IAIN Takengon menyambut terhadap harapan tersebut.

Selanjutnya, kata Prof Syahrin, di puncak Bukit Barisan mulai dari Mandailing Natal sampai ke Gunung Lauser terdapat isyarat-isyarat, artefak-artefak dan tulisan yang menunjukkan bahwa di pegunungan itu ada jejak Islam.

“Namun karena ada bolong-bolng sejarah yang tidak terungkap Islam masuk ke Barus kemudian terus ke Aceh. Pertanyaannya, apakah tidak kepengingin menelusuri hutan yang lebih indah dibandingkan dari Arab atau Yaman itu,” ujar Rektor.

Bahkan cerita rakyat tentang Danau Toba dan Mesir ada kaitannya kenapa disebut Danau Toba, ketika itu para pedagang Arab turun dari ke bukit dan turun melihat danau itu seraya berseru Toba, Toba atau alangkah bagusnya.

Terus mereka turun ke danau lalu melihat ada pulau selanjutnya mereka menyeberang naik rakit. Para pedagang tersebut datang dari Mesir dan menetap di pulau tersebut seraya membuat nama pulau itu mosir atau tempat tinggal.

“Jadi apakah Toba dan Samosir ini tidak teliti, seakaan kita tidak mau tau terhadap isyarat-isyarat itu semua. Jadi kami membahas ini dengan pak Zul bagaimana membuat penelitian jejak Islam di pegunungan atau bukit di Sumatera utara dan Aceh . Kemudian kemana Islam itu,” urai Rektor.

Prof Syahrin juga tidak sepakat tentang hasil penelitian yang menyebutkan Sumatera Utara dan Aceh merupakan provinsi yang intoleran.

“Sakit hati saya penelitian yang menyebutkan, Aceh dan Sumut termasuk intoleran. Jadi mengapa intoleran , berarti variabel penilaian perlu ada perbandingan second riset, itu artinya belum melakukan sesuatu. Kita ingin jadi corong atau kemajuan peradaban. Kami merasa IAIN Takengon saudara kami oleh karenanya kita dapat melakukannha. Hal yang penting terutama tentang penelitian moderasi kerukunan umat beragama,” katanya.

Sementara itu Rektor IAIN Takengon Dr Zulkarnain MAg mengatakan kerja sama UINSU dan IAIN Takengon telah dilakukan dengan menandatangani kolaborasj dan kerja sama khususnya pada program pasca sarjana pada tahun 2021.

Selanjutnya tindaklanjut kerja sama program penelitian salahsatunya syarat ilmuan ulama di dataran tinggi Gayo.

“Setelah kami telusuri apakah ulama di dataran tinggi Gayo pada abad ke-20 sudah belajar di Sumbar, Padang panjang dan Jawa timur dan menjadi guru di dataran tinggi Gayo. Dan pada tahun 40-an, di dataran tinggi Gayo ada satu toko buku dan kitab yang cukup besar dan saat ini tidak ada lagi, dan kalau ada sekaligus menjual alat pertanian seperti parang, cangkul l. Mungkin ini pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi,” katanya.

Ditambahkan, pihaknya mendapat dukungan dari Litbang Kementerian Agama terkait dengan mengupayakan terwujudnya Al Qur’an dengan terjemahan bahasa Gayo.

“Kami ditelpon untuk melakukan persiapan awal agar disegerakan mungkin dan direncanakan pada 22-24 Mei 2022,” kata dia.

Rektor IAIN Takengon juga berharap kepada Rektor UINSU merekomendasikan tim untuk di SK- kan ke Litbang Kementerian Agama.

OM-zan

Tinggalkan Balasan