KABUL | Okemedan. Teror terhadap profesi jurnalis kembali terjadi di awal tahun 2021 ini. Seorang wartawan Afghanistan yang juga aktivis hak asasi ditembak dan dibunuh Jumat (1/1) oleh orang-orang bersenjata tak dikenal di Afghanistan barat.
Ia wartawan kelima yang tewas di negara yang dilanda perang itu dalam dua bulan ini, kata juru bicara provinsi sebagaimana dilansir VOA, hari ini.
Bismillah Adil Aimaq sedang berada dekat Feroz Koh, ibu kota provinsi Ghor, dalam perjalanan pulang ke kota itu setelah mengunjungi keluarga di desa terdekat. Orang-orang bersenjata melepas tembakan ke arah kendaraan yang ditumpanginya.
Menurut juru bicara gubernur provinsi, Arif Abir, penumpang lain dalam mobil itu, termasuk adik laki-laki Aimaq, tidak terluka. Aimaq bekerja sebagai kepala stasiun Radio Sada-e-Ghor dan aktivis HAM di provinsi tersebut.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas penembakan itu. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menegaskan bahwa pemberontak itu sama sekali tidak terkait.
Sebelumnya, pada 10 Desember lalu, seorang jurnalis wanita dan sopirnya dibunuh dua pria bersenjata di Provinsi Nangarhar.
Malalai Maiwand sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjanya di ibu kota provinsi, Jalalabad, ketika dua pria bersenjata melepaskan tembakan ke mobilnya.
Haji Zalamy, direktur radio dan televisi Enikass tempat Maiwand bekerja, mengatakan jurnalis itu meninggal di tempat sementara sopirnya, Tahir Khan, meninggal dunia kemudian di rumah sakit karena luka-lukanya.
Afiliasi lokal ISIS, ISIS-Khorasan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Zalamy mengatakan bahwa stasiun tersebut telah menerima ancaman keamanan tetapi tidak spesifik untuk individu mana pun.
Stasiunnya diserang beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dalam ledakan bom dan serangan roket. Zalmay sendiri pernah diculik untuk mendapatkan uang tebusan dan dibebaskan setelah enam bulan.
Maiwand telah bekerja untuk Enikass TV selama delapan tahun, di mana ia membawakan acara pagi.
Presiden Ashraf Ghani, bersama dengan beberapa duta besar di Kabul dan Uni Eropa, mengutuk pembunuhan itu, seperti halnya media dan kelompok-kelompok HAM di Afghanistan.
Kantor Uni Eropa di Afghanistan mengatakan dalam cuitan di Twitter bahwa serangan terhadap “perwakilan media adalah serangan terhadap kebebasan berbicara dan tidak pernah dapat ditoleransi. Kami berharap kejahatan keji ini akan diselidiki & pelakunya dibawa ke pengadilan.”
Ross Wilson, kuasa usaha di kedutaan besar Amerika di Kabul, menuntut agar “para pembunuh dibawa ke pengadilan.”
Pembunuhan Maiwand terjadi beberapa hari setelah Uni Eropa, NATO, dan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan bersama yang keras menentang pembunuhan yang menarget jurnalis, pemimpin agama, aktivis HAM, pelajar dan mahasiswa, aktivis LSM, dan warga sipil lainnya di Afghanistan.
OM – dq